Sabtu, 21 Desember 2013
Obama Menangis bila ditanya kes Benghazi
Selasa, 14 Mei 2013
Aulia Akbar - Okezone
Foto : Obama menangis saat jumpa pers (Reuters)
WASHINGTON - Presiden Amerika Syarikat Barack Obama tak kuasa menahan tangis ketika ditanya mengenai insiden penyerangan kantor Konsulat AS di Benghazi, Libya. Pada saat itu, Obama sedang mengadakan jumpa pers bersama Perdana Menteri Britain David Cameron.
Pembahasan insiden Benghazi memang masih terus berlanjut. Para anggota Kongres AS dari kubu Republik menyalahkan Obama dan menuduh Rumah Putih menyembunyikan fakta mengenai apa yang terjadi di Libya tahun lalu.
Meski demikian, Obama tetap membantah tuduhan itu. Presiden berkulit hitam itu menyebut perilaku para pembuat kebijakan itu tak lebih dari "pertunjukan tambahan." Obama pun menangis ketika ditanya oleh media tentang tuduhan dari ahli politik Republik itu. Demikian, seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (14/5/2013).
Seperti diketahui, serangan di kantor konsulat itu menyebabkan kematian Duta Besar AS Chris Stevens dan tiga orang warga AS lainnya. Obama menegaskan kembali, serangan itu merupakan aksi pengganas.
"Terus terang, serangan ini memiliki motif politik. Banyak pihak yang pada saat itu menentang integriti Hillary Clinton (sebagai Menteri Luar Negeri AS), Susan Rice (Dubes AS untuk PBB), Mike Mullen (CIA) dan Tom Pickering," ujar Obama.
Obama mencuba menjelaskan, kematian dari empat warga AS itu memang tidak dapat dielakkan. Namun di pemerintahannya sudah melakukan tindakan yang benar dan menyiasat peristiwa itu.
Sejauh ini, beberapa ahli politik Republik menyebut insiden Benghazi sebagai kes terburuk yang pernah ada di sejarah Amerika . Mereka pun menyamakan kes itu dengan kes Watergate yang membuat mantan Presiden Richard Nixon lengser dari jabatannya. (AUL)
Pembahasan insiden Benghazi memang masih terus berlanjut. Para anggota Kongres AS dari kubu Republik menyalahkan Obama dan menuduh Rumah Putih menyembunyikan fakta mengenai apa yang terjadi di Libya tahun lalu.
Meski demikian, Obama tetap membantah tuduhan itu. Presiden berkulit hitam itu menyebut perilaku para pembuat kebijakan itu tak lebih dari "pertunjukan tambahan." Obama pun menangis ketika ditanya oleh media tentang tuduhan dari ahli politik Republik itu. Demikian, seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (14/5/2013).
Seperti diketahui, serangan di kantor konsulat itu menyebabkan kematian Duta Besar AS Chris Stevens dan tiga orang warga AS lainnya. Obama menegaskan kembali, serangan itu merupakan aksi pengganas.
"Terus terang, serangan ini memiliki motif politik. Banyak pihak yang pada saat itu menentang integriti Hillary Clinton (sebagai Menteri Luar Negeri AS), Susan Rice (Dubes AS untuk PBB), Mike Mullen (CIA) dan Tom Pickering," ujar Obama.
Obama mencuba menjelaskan, kematian dari empat warga AS itu memang tidak dapat dielakkan. Namun di pemerintahannya sudah melakukan tindakan yang benar dan menyiasat peristiwa itu.
Sejauh ini, beberapa ahli politik Republik menyebut insiden Benghazi sebagai kes terburuk yang pernah ada di sejarah Amerika . Mereka pun menyamakan kes itu dengan kes Watergate yang membuat mantan Presiden Richard Nixon lengser dari jabatannya. (AUL)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar